Sayuti Melik, Juru Ketik yang Mengubah Naskah Proklamasi

biografi sayuti melik

Artikel ini akan mengisahkan seorang wartawan yang memiliki peran mengubah kata dan kalimat dalam teks proklamasi yang dibacakan kala itu, yakni Sayuti Melik. Kita mengenalnya sebagai juru ketik naskah teks proklamasi. Mau tahu seperti apa biografi singkatnya? Simak artikelnya ya!

 

Di buku-buku pelajaran sekolah, kiranya “Sayuti Melik” menjadi tokoh yang nggak asing di telinga kan? Betul banget. Kalau kamu ingat, Sayuti Melik ini pasti ada hubungan erat banget sama naskah proklamasi kan?

Nah, berhubung bulan Agustus ini momennya bertepatan dengan kemerdekaan Republik Indonesia, nggak ada salahnya dong mengulik sedikit dengan hal-hal terkait proklamasi?

Seberapa detail kah informasi mengenai Sayuti Melik di buku pelajaran sekolah?

Eits, jangan negatif dulu pikirannya…bukan berarti artikel ini lebih lengkap informasinya atau datanya terkait Sayuti Melik lho. Artikel ini cuma sebagai bahan tambahan aja buat kamu belajar. Yaa syukur-syukur bisa mendapat informasi yang ngga ada di buku paket, dilengkapi deh dengan adanya artikel ini.

 

Siapa itu Sayuti Melik?

Tebak-tebakan dulu yuk, dari namanya, menurut kamu itu Sayuti Melik cewek atau cowok?

Kalau bicara soal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, nama-nama besar seperti Soekarno dan Mohammad Hatta pasti langsung muncul di benak kita. Tapi, ada satu sosok penting di balik momen proklamasi yang sering terlupakan, Sayuti Melik. Ia adalah orang yang mengetik naskah proklamasi hingga menjadi teks resmi yang dibacakan pada 17 Agustus 1945.

Hmm, jadi penasaran nih, sebelum jadi bagian dari momen paling bersejarah bangsa ini, gimana ya kehidupan Sayuti Melik?

Oke, Sayuti Melik lahir pada 25 November 1908 di Sleman, Yogyakarta. Nama lengkapnya sebenarnya Mohamad Ibnu Sayuti, tapi lebih dikenal sebagai Sayuti Melik. Latar belakang Sayuti ini cukup menarik, gais. Ayahnya, Abdul Mu’in (alias Partoprawito), adalah seorang kepala desa, yang menolak mentah-mentah kebijakan Belanda untuk membangun perkebunan tembakau di lahan milik masyarakat desa. Sementara sang ibu, merupakan seorang pedagang kain di pasar.

Sayuti memulai sekolah di Sekolah Ongko Loro (setingkat SD) di Srowolan, lalu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi hingga mendapatkan ijazah di Yogyakarta. Nah, saat bersekolah di Sekolah Guru di Solo, ia punya guru sejarah berkebangsaan Belanda bernama H.A. Zurink. Meskipun berkebangsaan Belanda, Zurink dikenal cukup terbuka dan justru mendorong murid-muridnya untuk berpikir kritis. Dari kelas sejarah ini, Sayuti mulai paham tentang gagasan kebangsaan dan pentingnya kemerdekaan.

Sayuti juga merupakan sosok yang gemar membaca tulisan-tulisan berbau politik. Dari sini, Sayuti mulai mengenal gagasan-gagasan Marxisme yang kala itu populer sebagai alat kritik terhadap kolonialisme.

Menariknya lagi, pada tahun 1926, saat usianya baru 18 tahun, Sayuti bertemu langsung dengan Soekarno di Bandung. Bayangkan, bertemu seorang tokoh muda visioner yang kelak menjadi proklamator tentu meninggalkan kesan mendalam. Pertemuan inilah yang makin memperkuat arah perjuangan Sayuti di dunia pergerakan nasional.

Baca Juga: 3 Tokoh Pengibar Bendera Merah Putih saat Proklamasi Kemerdekaan 1945

Setelah masa sekolahnya, Sayuti Melik terjun ke pergerakan politik. Ia sering menulis artikel yang kritis terhadap pemerintah kolonial Belanda. Sayuti juga pernah bergabung dengan organisas-organisasi pergerakan. Jadi, ia sudah akrab dengan pemimpin pergerakan nasional. Kedekatannya dengan Soekarno dan Mohammad Hatta juga membuatnya dipercaya sebagai bagian dari lingkaran penting menjelang proklamasi.

 

Peran Sayuti Melik dalam Pengetikan Naskah Proklamasi

Banyak diantara kita, termasuk kakak sih, yang awalnya mengiria bahwa peran Sayuti Melik hanya sebatas melakukan pengetikan naskah proklamasi.

Ibaratnya, kalau kerja kelompok itu ada temen yang kerjaannya cuma bagian ngeprint tugas doang.

Awalnya mikir gitu, tapi setelah mencari alamat ke sana ke mari, barulah tersadar. Ternyata, peran Sayuti Melik ini, nggak sebatas sebagai juru tik teks proklamasi aja. Beliau bolak-balik masuk penjara saat Belanda masih menjajah Indonesia. Maklumlah, Belanda itu merasa ngeri kalau tulisan-tulisan Sayuti Melik itu sampai dibaca rakyat Indonesia.

sayuti melik

 

Keberanian Sayuti Melik dalam menulis di surat kabar membuatnya keluar masuk penjara. Tercatat dalam sejarah bahwa beliau pernah dibuang ke Boven Digul, Papua, pada tahun 1921-1933. Selang 4 tahun kemudian, masuk lagi ke penjara di Gang Tengah.

Kebayang kan gimana otoriternya penjajah waktu itu? Nulis sedikit, penjara. Nulis sedikit, penjara.

Uniknya, Sayuti Melik mendapat pasangan hidup, S.K. Trimurti yang juga bergerak untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ya, sama saja, mereka bergantian keluar masuk penjara gara-gara Belanda waktu itu. Untungnya, mereka berdua berkomitmen untuk saling berjuang.

Kurang romantis apa coba? Dapat pasangan yang saling mendukung dan punya satu tujuan yang sama.

Mohon maaf, artikel ini tidak bertujuan membuat kamu baper.

Lanjut…

Sehari sebelum proklamasi kemerdekaan, tepatnya tanggal 16 Agustus 1945, terjadi penculikan Soekarno-Hatta ke daerah Rengasdengklok. Salah satu pemuda yang ikut dalam penculikan itu ialah Sayuti Melik.

Nah, Sayuti Melik dan pemuda lainnya seperti Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana mendesak Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Desakan ini muncul karena Jepang sudah mengalami kekalahan dari Sekutu-nya. Setelah para pemuda, Sayuti Melik cs, membawa Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.

Perumusan naskah proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Meiji Dori (sekarang menjadi Jalan Imam Bonjol).

sayuti melik - perumusan naskah teks porklmasi

 

Setelah konsep naskah proklamasi selesai ditulis oleh Soekarno, ia meminta bantuan Sayuti Melik untuk mengetiknya. Sayangnya, di rumah Laksamana Tadashi Maeda ngga ada mesin tik. Tapi, beberapa sumber sejarah mengatakan sebenarnya ada mesin tik di rumah tersebut, hanya saja berhuruf kanji Jepang.

Nahloh… gimana dong??

Untungnya ada pembantu Laksamana Tadashi Maeda yang mau membantu mencarikan mesin tik. Akhirnya didapatlah mesin tik itu hasil dari pinjaman mayor Kandelar, perwira Angkatan Laut Jerman.

Ditemani oleh BM Diah,Sayuti Melik mulai mengetik naskah proklamasi. Berhubung Sayuti Melik memiliki background seorang wartawan dan pernah mengenyam pendidikan sekolah guru, jadi tahu mana ejaan yang tepat digunakan dalam teks proklamasi.

sayuti melik - pengetik naskah teks proklamasi

 

Usul Sayuti Melik dengan menambahkan “Soekarno-Hatta” dalam naskah tersebut disetujui oleh para perumus dan naskah tersebut akhirnya ditandatangani oleh bapak proklamator kita.

Tapi, tahukah kamu? Bahwa kita melihatnya nih, Sayuti Melik seperti orang kepercayaan Soekarno kan? Nyatanya ngga. Tercatat bahwa Sayuti Melik menentang usulan pengangkatan Soekarno menjadi presiden seumur hidup oleh MPRS kala itu. Selain itu, ia juga memiliki pemikiran yang bersebrangan dengan Soekarno.

Soekarno kala itu menggagas usulan tentang Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme). Sayuti Melik mentangnya dan mengusulkan mengganti Nasakom menjadi Nasasos (sosialisme). Soalnya, pada waktu itu, Sayuti Melik melihat PKI berusaha memanfaatkan kharisma Soekarno untuk masuk ke dalam pemerintahan.

naskah teks proklamasi diketik oleh Sayuti Melik

 

Hayooo siapa yang baru ngeh kalau Sayuti Melik itu bukan nama asli? Ya, apalagi kamu yang tadi udah menjawab kuis di awal artikel kalau Sayuti Melik itu perempuan.

Aku tertipu…

Aku terjebak…

Aku terperangkap muslihatmu…

Eits…ngga ada maksud buat menipu apalagi ngejebak kamu. Toh salah benar ngga masalah, yang masalah itu kalau kamu malas membaca catatan sejarah Indonesia.

Selain baca catatan sejarah, kamu bisa banget cari tahu tentang sejarah Indonesia lainnya di ruangbelajar. Ada banyak video animasi sejarah di sana. Nggak usah bingung gimana cara bayar ruangbelajar. Bilang aja ke Mama atau Papa kamu buat langganan sekarang karena semuanya di ruangbelajar itu jadi mudah kok.

CTA Ruangguru

Tedy Rizkha Heryansyah