Profil Calvin COC Season 2, Si Jenius Biologi dari NUS

Profil Calvin COC 2

Peserta Clash of Champion Season 2 yang satu ini bisa dibilang bangkit dari kubur! Setelah tereliminasi, Ia berhasil membuktikan dirinya masih layak bertarung bersama champions lainnya lewat tantangan revival. Yuk, kenalan sama Calvin, peserta CoC Season 2 yang jenius di bidang biologi!

 

Episode 12 dan 13 Clash of Champions Season 2 sudah tayang, dan kali ini penonton disuguhkan aksi revival challenge oleh para champions yang sudah tereliminasi di tantangan tim, seperti Solar Enigma dan Invisible Matrix.

16 champions yang sudah tereliminasi memperebutkan 8 posisi untuk berduel melawan 8 champions yang harus bertanding kembali di deathmatch setelah gagal lolos di Battle of Three. Di antara sekian banyak champions yang bertanding, Calvin jadi salah satu yang tersorot karena setelah perjuangan yang panjang, Ia berhasil membuat strong comeback!

Kita throwback dulu sekilas, yuk. Calvin punya history yang sangat baik sejak Clash of Champions Season 2 dimulai. Ia terpilih menjadi kapten tim di Solar Enigma. Tapi sayangnya, Calvin dan timnya harus tereliminasi di Solar Enigma karena tidak berhasil menyelesaikan seluruh teka-teki yang ada.

Surprisingly, perjalanan Calvin di CoC Season 2 belum berakhir! Ia mendapat kesempatan buat balik ke arena game untuk menunjukkan kemampuannya. Lewat The 500 Trials, Calvin berhasil mengisi slot terakhir champions yang lolos untuk bertanding di tantangan revival selanjutnya, yaitu Ultimate Revival.

Di Ultimate Revival, Calvin berhasil lolos, dan bahkan mendapat posisi pertama sekaligus poin tertinggi di babak Spasial! Wah, keren banget nih, Calvin.

Di tantangan selanjutnya, yaitu Cyber Defender, Calvin belum berhasil lolos di round numerical & spatial, tapi nih tapiii… Di round selanjutnya, yaitu Memory & spatial, Calvin jadi orang pertama yang berhasil lolos! Waw, congrats ya Calvin, kamu sudah mengamankan kursi menuju 16 besar. Wohooo, kita penasaran nih, akan seperti apa ya performa Calvin di episode selanjutnya?

Btw, kalau kamu buka artikel ini, artinya kamu pengen kenal lebih jauh nih sama sosok Calvin, Tenang ajaaa, tim ruangguru udah siapin sesi QnA bersama Calvin! Di sini kita bakal menyelami pribadi Calvin (aseeek) lebih dalam lagi. Let’s go!

Baca Juga: Rekap Episode 13 Clash of Champions (COC) Season 2

 

Kenalan dengan Calvin, Yuk!

Biodata Calvin

Source: Instagram @calvinsheva

 

Nama Lengkap

Calvin Shevchenko

Nama Panggilan

Calvin

Tanggal Lahir

5 Juli 2006

Kota Domisili

Singapura

Riwayat Pendidikan:

  • National University of Singapore (NUS)
  • SMAK St Louis 1 Surabaya

 

Angkatan Kuliah

2024

GPA

5,00/5,00

Akun Sosial Media

 

Hobi

  • Bermain video games dan board games
  • Photography
  • Sound Design

 

Prestasi Calvin 

  1. Silver Medal 34th International Biology Olympiad 2023
  2. Silver Medal 14th International Mathematics and Science Olympiad 2017
  3. Gold Medal Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMA/MA Bidang Biologi 2022
  4. Silver Medal Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMA/MA Bidang Biologi 2021
  5. Gold Medal Olimpiade Sains Nasional Tingkat SMP/MTs Bidang IPA 2020
  6. Gold Medal Olimpiade Sains Nasional Tingkat SD/MI Bidang IPA 2017

 

Wah, prestasi Calvin gak main-main, nih. Dari ajang nasional hingga internasional, semuanya dibabat habis! Apalagi, prestasinya ini dicapainya sejak dia masih di bangku Sekolah Dasar. Ini menunjukkan konsistensi dan komitmen Calvin dalam dunia pendidikan, mulai dari SD hingga saat ini ia berkuliah di National University of Singapore.

Gimana sih cara Calvin belajar dan mempertahankan motivasinya supaya bisa tetap konsisten? Terus, gimana ya kehidupan perkuliahan di NUS? Dan seorang jenius biologi kaya Calvin punya sisi fun atau hobi yang unexpected gak, sih?

Cari tahu jawabannya di bawah ini, ya!

Baca Juga: Jadwal Tayang Clash of Champions (COC) Season 2 Minggu Ini

 

Kehidupan Perkuliahan di National University of Singapore

Source: Instagram @calvinsheva

 

1. Calvin, kamu kan udah aktif ikut olimpiade sejak kecil, bahkan sampai berhasil membawa nama Indonesia di ajang internasional seperti ASMOPSS dan International Biology Olympiad. Nah, boleh dong diceritain, apa yang memotivasi kamu untuk terus ikut olimpiade dari jenjang nasional sampai ke level dunia? Dan apa yang kamu rasakan setiap kali berhasil melewati tantangan di tiap kompetisi?

Jawaban:

Kata papa mamaku, aku dari kecil adalah orang yang selalu ingin tahu. Jadi, pas SD aku dikenalkan dengan majalah sains Kuark, yang nge-package sains dalam bentuk yang interesting dan digestible, aku jadi suka banget sama sains. Sejak saat itu, memperlajari bagaimana alam bekerja dan kenapa dunia itu seperti demikian has always been very interesting to me.

So why go as far as to compete in olympiads? Olimpiade sains bagiku adalah suatu outlet agar sains yang aku minati bisa jadi bermanfaat bagi diriku dan orang lain. Olimpiade membuka banyak kesempatan dalam hidupku, dari bisa kenalan dengan teman-teman jenius seumuran dan se-passion dari Indonesia dan seluruh dunia, punya koneksi dengan many inspiring people from academia, dan masuk ke sekolah dan universitas yang kuinginkan, sampai menorehkan prestasi bagi bangsa dan membanggakan orang tua.

Bagiku, karena ikut lomba adalah hal yang sudah biasa, I’m not super elated or relieved setiap kali berhasil, because I know that there will always be things that await me going forward. Nah tentunya kita harus selalu bersyukur atas segala pencapaian kita, that does not mean that we should be complacent after one success. Always strive for more, always have that fire in you to do better.

 

2. Kamu berhasil meraih Silver Medal di ajang bergengsi International Biology Olympiad yang diikuti oleh peserta-peserta jenius dari seluruh dunia. Ceritain dong, gimana persiapan kamu buat menghadapi kompetisi tersebut? Apa yang jadi struggle terbesarmu selama persiapan lomba?

Jawaban:

Representing Indonesia in the IBO 2023 was a cumulation of years of hard work. Aku mulai mempersiapkan diri “formally” untuk IBO sejak SMP kelas 9 (excluding the years I have been competing in science olympiads since SD kelas 1). The main struggle in my preparation stems from how different olympiad-style biology is from how biology is taught in Indonesia’s national curriculum. (Kesulitan terbesarku dalam persiapan olimpiade adalah adanya perbedaan materi biologi yang diajarkan di kurikulum nasional dengan materi biologi yang ada di olimpiade.)

Banyak ilmu yang harus aku re-learn dan re-conceptualise untuk olimpiade biologi ini. Bahkan dari pendekatan belajar pun berbeda. Olimpiade biologi itu bukan ajang hafalan, tapi, seperti olimpiade-olimpiade cabang lainnya, adalah ajang berpikir, bernalar, dan menyintesis kesimpulan dan pemikiran-pemikiran baru dari dasar teori yang sudah dipelajari. Apakah masih ada menghafal? Of course, but rote memorisation (something still very prevalent in our national curriculum’s biology, sadly) is not going to help you much here. (Tentu saja, tapi menghafal, sesuatu yang lazim dilakukan dalam kurikulum nasional, tidak akan banyak membantumu di sini.)

Jadi, selain aku banyak-banyakin baca buku-buku biologi perkuliahan internasional selama SMA, aku juga banyak latihan soal agar bisa membiasakan diri dengan membaca dan menganalisis data. Aku juga sangat bersyukur atas berbagai support system dari sekolah dan negara yang membimbingku dalam perjalanan ini.

 

3. Kamu berhasil tembus ke National University of Singapore (NUS), salah satu kampus terbaik di Asia. Boleh dong ceritain prosesnya dari awal sampai keterima. Ada strategi khusus, persiapan, atau pengalaman yang paling berkesan?

Jawaban:

Proses pendaftaran NUS dimulai dari mengisi formulirnya. Selain biodata, pilihan jurusan, education records, and other personal information, NUS asks you whether you would like to be considered for NUS College (liberal college programme-nya NUS). Kita juga diminta untuk menyertakan proof of English proficiency dan prestasi-prestasi kita selama SMP kelas 9 dan SMA.

You will also need to write essays. Bentuk esainya itu esai pendek, tapi ada banyak. Jadi dikasih sekitar 5 prompt esai dan tiap esai itu dijawab maksimal 150-250 kata aja. If you want to apply for NUS College or any other on-campus accommodation, you will have to write more essays and pass an interview. The essays for NUS application are usually more academic-oriented, while those for housing lebih membahas tentang pengalaman-pengalaman kalian di luar kurikulum.

Pengalaman yang agak aneh dan berkesan adalah pengalaman apply untuk on-campus housing. Di NUS, ada berbagai pilihan hostel, ada halls, houses, residences, dan residential colleges (RC). I was mostly interested in RCs because they guarantee a two-year stay, instead of only one offered by other housing options (Aku paling tertarik dengan RC karena mereka menjamin tempat tinggal untuk 2 tahun, sementara pilihan housing yang lain hanya 1 tahun).

Nah, anehnya, pendaftaran untuk RC sudah dibuka selama application period ke NUS, dan sudah tutup by the time most people got their offers. I was very fortunate that I received my offer early, jadi aku masih bisa apply untuk RC.

 

4. Dari awal, apakah National University of Singapore (NUS) memang jadi kampus impianmu? Kalau iya, alasannya kenapa?

Jawaban:

Yep, it has always been my dream university. In my opinion, NUS adalah universitas yang ideal bagiku karena selain fokus utamanya adalah riset dan ranking-nya sangat tinggi, NUS juga dekat dengan Indonesia. I can easily go back home during breaks to meet my family to alleviate my homesickness (Aku bisa dengan mudah pulang ke Indonesia selama liburan untuk bertemu keluarga).

Additionally, karena masih se-SEA, aku nggak perlu acclimatise too much dengan iklim, makanan, dan budayanya. Pemerintah Singapura juga sangat mendukung pengembangan riset dan teknologi di akademia maupun industri, jadi aku bisa menjadi lebih yakin kalau ada banyak kesempatan untuk magang di lab atau bekerja sebagai seorang ilmuwan di sini.

 

5. Selama kuliah di NUS, kamu pakai beasiswa atau enggak? Kalau iya, boleh dong dijelasin beasiswa apa, bagaimana cara daftarnya, dan tips buat yang pengin mengikuti jejakmu?

Jawaban:

Iya. I am very grateful that I was awarded the ASEAN Undergraduate Scholarship to study here in NUS. What’s really convenient is that you are automatically considered for this scholarship as long as you agree to take a tuition grant (TG) from the Singapore government, jadi kita nggak perlu mengisi a separate form untuk beasiswa ini.

Do note that since we agree to take the TG, we will have to work in a Singapore-based entity for three years upon graduation. If you are shortlisted for the scholarship, you will get an interview offer. (Saat kita setuju menerima TG, kita harus bekerja di Singapura selama 3 tahun setelah kelulusan. Kalau kamu masuk ke dalam list calon penerima beasiswa, kamu akan mendapatkan undangan interview). If I remember correctly, interviewnya itu salah satunya dengan dekan dari fakultas yang kamu apply, so make sure to have researched enough about your desired major/faculty.

Sepengetahuanku, peluang untuk mendapatkan beasiswa ASEAN akan jauh lebih tinggi jika kita memiliki medali olimpiade internasional (e.g., IMO, IPhO, IBO, IChO, etc.), jadi bagi para pejuang OSN di luar sana, 加油 (Jjia you)!

 

6. Kenapa kamu memilih Jurusan Life Sciences? Apa sih alasan di balik pilihan jurusan itu?

Jawaban:

When preparing for OSN Biologi and the IBO in high school, I fell in love with biology to such an extent that I am confident that it is what I want to specialise in as a scientist in the future. It also helps that I am competent in biology. Hence, I applied for a major in Life Sciences here in NUS. Alongside my major, I also intend to minor in Bioinformatics and specialise in Biomedical Sciences.

(Saat mempersiapkan OSN Biologi dan IBO di SMA, aku jatuh cinta dengan biologi dan percaya diri bahwa inilah yang aku inginkan untuk masa depanku. Di samping itu, aku juga memang kompeten di biologi. Dari situ, aku apply ke jurusan kuliah Life Science di NUS. Selama perkuliahan, aku juga bermaksud mengambil minor di Bioinformatics dan spesialisasi di Biomedical Sciences.)

 

7. Jurusan Life Sciences itu kan masih tergolong jarang ya di Indonesia, jadi masih terdengar asing di telinga. Bisa ceritain nggak Calvin, sebenarnya kamu tuh belajar apa aja sih di jurusan ini?

Jawaban:

Jurusan Life Sciences itu sebenarnya sama dengan jurusan Biologi/Ilmu Hayati di Indonesia, jadi sebenarnya nggak jarang sih. Do note that jurusan ini adalah jurusan sains murni, bukan medis (e.g., Medicine, Nursing, etc.), bukan juga ilmu biologi terapan (e.g., Public Health, etc.).

Karena ini adalah ilmu sains murni, scope belajarku lebih ke arah mengembangkan dasar/fondasi ilmu biologi, dari skala terkecil (e.g., biokimia, biologi sel dan molekuler, genetika, etc.), skala agak besar (e.g., anatomi dan fisiologi hewan dan tumbuhan, etc.), sampai skala terbesar (e.g., ekologi, evolusi, biosistematika, etc.). Sebagai seseorang yang bercita-cita menjadi seorang ilmuwan in academia di masa depan, this is the right major for me.

 

8. Terus, dari semua mata kuliah yang udah kamu ambil, ada nggak yang paling kamu suka banget? Mungkin karena dosennya seru, materinya menantang, atau justru karena kamu nemuin passion kamu di situ?

Jawaban:

So far, mata kuliah favoritku adalah LSM2105 Molecular Genetics. Yep, dari namanya, sudah jelas matkul ini membahas tentang biologi sel dan molekuler serta genetika. Kalau dilihat dari suggested answers di atas, jawabanku sih all of the above ya.

Dosen-dosen (ada tiga) yang ngajar matkul ini semuanya sangat passionate dan friendly. Setiap pertanyaan, either in-person or through email, diladeni; penjelasan saat lecture juga super easy to understand; dan di luar lecture pun, they are very easy people to talk to. They’re very happy to receive questions and to talk with the students here, and I’m eternally grateful for them.

Kalau untuk materinya, most of the content sudah pernah kupelajari selama persiapan untuk olimpiade pas SMA, tapi memang my field of interest dalam biologi sejak SMA itu di bagian ini, jadi aku tetap semangat untuk terus belajar sehingga jadi lebih paham lagi di otak. Furthermore, the professors were very receptive when I asked them further questions that go beyond the scope of the course, so I’m still learning new things, yay!

 

9. Dapat GPA sempurna 5.00/5.00 di kampus sekelas NUS tuh pasti bukan hal yang gampang. Apa sih rahasia di balik pencapaian luar biasa ini? Boleh dong dibagi juga beberapa tips belajar atau manajemen waktu buat teman-teman lain yang pengen bisa seproduktif kamu.

Jawaban:

In my opinion, nggak ada rahasia di balik nilai yang bagus. Even “talent” won’t fully bloom without adequate effort. Lots of self-discipline, hard work, and grit are needed for this GPA.

Untuk tips, aku sudah pernah ngelakuin Q&A in my Instagram (@calvinsheva) about this very same question, so in short: set achievable goals so you don’t procrastinate; do work when you’re at your freshest (i.e., study in the morning after you wake up and avoid studying very late right before bed because your brain is too tired already); study in the library if possible so that you are motivated; and always have the mindset that whatever you’re studying will be useful for you in some way, shape, or form in the future.

(Untuk tips, aku sudah pernah ngelakuin Q&A in my Instagram (@calvinsheva) tentang pertanyaan yang sama, jadi singkatnya: set tujuan yang bisa dicapai jadi kamu tidak menunda-nuda; bekerjalah saat kamu sedang dalam kondisi paling fresh (contoh belajar pagi setelah bangun tidur dan hindari belajar terlalu malam sebelum tidur karena otakmu sudah terlalu lelah); belajar di perpustakaan jika memungkinkan jadi kamu lebih termotivasi; dan selalu miliki mindset bahwa apapun yang kamu sedang pelajari akan bermanfaat untukmu suatu hari nanti).

 

10. Kamu aktif di organisasi kampus enggak, Calvin? Kalau iya, kegiatan apa aja yang kamu ikuti dan apa manfaatnya buat pengembangan diri kamu?

Jawaban:

Yep, I am quite active! Most of my involvement itu di dalam dormku. Aku menjabat jadi Vice Director untuk External Liaison College Student Committee-nya dormku. Tugasku di sini adalah untuk merencanakan dan menjalankan berbagai acara untuk para international students dan exchangers yang tinggal di dormku. In my opinion, this position is very fun, as I get to meet lots of international students and share life experiences and take a glimpse of how education is like in different parts of the world.

Besides handling international students, aku juga menjabat jadi Welfare Head houseku. Jadi, di dormku, para siswanya dibagi menjadi lima houses, kayak kalau di Harry Potter, Hogwarts ada empat houses: Gryffindor, Ravenclaw, Hufflepuff, dan Slytherin. As Welfare Head, I plan events that promote the residents’ well-being. Contohnya, we hold quarterly birthday celebrations (pernah one time buat brownies, another time buat piñata yang di-smack open sama yang ulang tahun) dan membagikan welfare snacks selama masa-masa ujian.

Not exactly official student organisations, tapi di dormku, aku juga jadi Head dan Vice Head for interest groups tentang board games dan volunteering/mentoring, respectively. Man, kalau aku nggak tinggal di dormku sekarang, I wouldn’t discover my love for board games. I also took part in my dorm’s in-house audio engineering club, yang aku jelaskan lebih lanjut di bawah.

For NUS-wide co-curricular activities (CCAs), aku jadi Vice Director Sound and Lighting untuk NUANSA Cultural Productions (CCA teater bertema budaya Indonesia di NUS, so cool!), dan seorang member dari NUS Electronic Music Lab. For someone who loves listening to electronic music, it’s so cool to gain insights into how electronic music is produced. Mungkin someday I can be a producer on the side, who knows? xD

 

Calvin dan Clash of Champions Season 2

Calvin menyelesaikan tantangan memory. (Source: Instagram @calvinsheva)

 

11. Ceritain dong, gimana awalnya kamu bisa ikutan Clash of Champions Season 2? Apakah kamu daftar sendiri, direkomendasikan orang lain, atau mungkin ditawarkan oleh pihak Ruangguru? Kita pengin tahu cerita di balik layar sampai akhirnya kamu bisa terjun di ajang kompetitif ini!

Jawaban:

I was very fortunate to be invited to participate in Clash of Champions S2. I was initially approached by Ruangguru through Instagram. After stating my interest, I went through the selection process (ngerjain quiz gitu), then I eventually received an interview offer. The interviewer and I clicked together very nicely, especially after knowing that he is also interested in audio.
Nearing the shooting date, I was accepted as one of the participants of Clash of Champions S2, and the rest is history 🙂

(Aku sangat beruntung bisa diundang untuk berpartisipasi di Clash of Champions Season 2. Aku dikontak oleh Ruangguru melalui instagram. Setelah menyatakan ketertarikanku, aku mengikuti proses seleksi, dan akhirnya mendapat undangan untuk interview. Aku cocok banget sama interviewernya, apalagi setelah tahu bahwa kita sama-sama tertarik di bidang audio. Mendekati tanggak syuting, aku dikabari bahwa aku terpilih menjadi salah satu cast di CoC Season 2).

 

12. Calvin, siapa sangka kamu berhasil mengalahkan Shafa dan Nadia di game Multiverse Combat: Memory. Diem-diem kamu jago menghafal juga ya? Boleh dong ceritain strategi yang kamu gunakan?

Jawaban:

I’ll be frank, keberhasilanku ini ada faktor luck-nya juga (i.e., Shafa and Nadia blundered). But yeah, I would say that I’m quite good at memorising stuff, tapi sebenernya aku nggak suka menghafal loh xD.

Sejak dulu kecil, aku selalu meminimalisasi menghafal dalam belajar karena I always believe that achieving understanding is always better than rote memorisation. Kalau paham, you retain information in your brain for longer, and you are able to apply what you learnt into synthesising new information and conclusions.

Anyhow, aku merasa kalau aku lebih jago menghafal hal-hal yang bisa kuvisualisasikan. Contohnya kayak game Multiverse Combat: Memory dan Cyber Defender. Caraku menghafal itu aku mengelompokkan berbagai elemen menjadi satu, lalu aku bayangkan, “bentuk ini sih kayak bentuk apa?”

Jadi, aku ngafalnya cuma hafal objeknya, bukan tiap elemen aku hafalin satu per satu. Whenever I try to explain my method to other people and tell them what I imagined the shapes as, I always get incredulous stares. Probably it’s because my imagination is that weird and absurd lol. But hey, if it works for me, it works.

Baca Juga: Profil Nadia COC Season 2, Grand Master Memory Termuda Indonesia

 

13. Waktu kamu akhirnya dapat kesempatan buat jadi kapten tim di game Solar Enigma, apa sih tantangan kamu sebagai leader? Terus, waktu kamu tahu tim kamu nggak berhasil lolos di babak ini, apa yang langsung kamu rasakan?

Jawaban:

As a leader, I held the most responsibility, particularly in cooking strategies on the fly and ensuring clear communication among my teammates. Kedua hal ini menjadi tantangan bagiku karena aku memang orangnya agak sulit untuk membuat keputusan dengan cepat (always thinking and deliberating too much), dan biasanya kalau ada apa-apa, aku tipe orang yang menginternalisasi segala sesuatu secara pribadi dulu sebelum aku share with others.

Oleh sebab itu, when things don’t go as planned, aku jadi keliatan diam dan nggak berkomunikasi dengan Austin, Keiko, dan Arkan, padahal sebenarnya aku lagi mumet sendiri di kepala.

Of course, mendengar timku tereliminasi feels quite bad, karena I felt that I could’ve done so much more and handled everything so much more smoothly. Aku merasa bahwa kalau kesalahannya mainly disebabkan my team management yang kurang bagus. I let down my teammates, making the failure more devastating.

Calvin bersama timnya di Solar Enigma. (Source : Instagram @calvinsheva)

 

14. Calvin, kamu kan dapet second chance buat ikut revival nih di Clash of Champions Season 2. Perasaanmu gimana waktu dipanggil bisa ikut revival? Terus, kira-kira apa sih persiapan yang kamu lakukan supaya bisa lolos ke Top 24?

Jawaban:

Super-duper kaget lol, terutama karena cara Kak Iman ngasih taunya juga very sneaky. Timku dan tim Theo disuruh keluar dari ruang tunggu untuk “foto bareng” bagi yang tereliminasi. Di arena, kita memang foto bareng dulu, tapi di akhir tiba-tiba di blurt out sama Kak Iman kalau akan ada revival. What’s so funny was right after the reveal, I hadn’t registered what Kak Iman said in my brain yet, saking nggak expectnya xD. Jadi aku literally nggak ada reaksi for a few seconds until Arkan, who was standing beside me, shook me in excitement karena ada revival.

Buat persiapan, I would say that I didn’t really do much besides trying to sleep as early as possible (keywordnya: trying). Malamnya itu aku nggak bisa tidur sampai jam 3 pagi karena batukku sangat persistent. I was sick from the beginning of the shooting, and day by day, probably due to the very packed schedule, my condition worsened. So the plan of getting as much sleep as possible went out of the window (or so I thought).

Karena aku baru bisa tidur dari jam 3 pagi, dan harusnya aku bangun pagi banget, I did not manage to wake up in time. I overslept, and the production crew had to rush me straight to the shooting venue and prepare myself in less than 30 minutes so that the shooting schedule for the day is not delayed. That day was absolutely crazy, and I feel so grateful for the amazing production crew that had to handle my emergency.

By the way, kamu udah nonton episode terbarunya Clash of Champions Season 2 belum, nih? Kalau belum, jangan lupa tonton dulu di sini, ya!

 

Fun Fact About Calvin

15. Kuliah di luar negeri pasti penuh tantangan. Menurut kamu, gimana sih cara survive dan beradaptasi dengan lingkungan dan budaya baru di sana?

Jawaban:

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Sebagai pendatang di negeri orang, aku harus punya humility dan keinginan untuk belajar hal-hal baru agar bisa menghadapi budaya dan kebiasaan mereka dengan fleksibel.

 

16. Apa sih hal yang paling berat saat kuliah di luar negeri? Misalnya, perasaan saat jauh dari keluarga dan teman-teman di Indonesia?

Jawaban:

Yeah, missing my family and friends termasuk alasan yang membuat kuliah di luar negeri kadang-kadang berat. In addition, aku juga rindu makanan Indonesia yang authentic dan murah-murah. Indonesian food di sini is either subpar or unreasonably expensive.

Namun, menurutku hal yang paling berat di saat kuliah di Singapore itu pergaulannya. The people here are very friendly, don’t get me wrong, but often times, unless you are in their friend circles, Singaporeans are generally less approachable than Indonesians. From my experience, it’s easier to make an Indonesian’s acquaintance than a Singaporean’s. Mungkin it’s because of their lives’ faster pace that they don’t entertain small talk as much as Indonesians, and it does not help that I also dislike small talk in general lol.

 

17. Kamu pernah merasa demotivasi untuk belajar nggak? Kalau iya, gimana cara kamu supaya bisa bangkit dari perasaan itu dan kembali lagi termotivasi?

Jawaban:

Pastinya pernah dong. Siapa coba yang nggak pernah, hehe. Fortunately, sejak kuliah, aku jauh lebih jarang merasa terdemotivasi untuk belajar. I think ini karena kalau kuliah Prof-nya in general are more passionate in what they’re teaching, and most importantly, I can choose what courses I want to take most of the time.

Kalau saat merasa terdemotivasi, I pick myself back up by constantly reminding myself that gained knowledge will never be completely useless. As mentioned previously, I set SMART (specific, measurable, achievable, realistic, and timely) goals agar badanku bisa mulai bergerak untuk belajar. Some goals yang aku kadang buat misalnya “aku mau selesaiin bab ini hari ini” atau “aku mau belajar as much as possible tentang materi X dalam waktu 30 menit”. Dengan kasih batasan, proses belajar itu jadi merasa lebih manageable and not as daunting.

 

18. Apakah kamu punya hobi unik atau kegiatan seru yang jarang orang tahu? Ceritain dong!

Jawaban:

I have many hobbies, including playing video games or board games, and doing photography (still saving up for a good camera though xD). Tapi hobiku yang paling unik has to be my audio hobby. Jadi, since a couple of years ago, I got into the audiophile rabbit hole. Karena saking sukanya dengerin lagu, I am interested in how to maximise my listening experience. I discovered in-ear monitors (IEMs) dan belajar tentang berbagai perbedaan audio drivers (e.g., DD, BA, Planar, EST, PZT, etc.).

Aku belajar mengenali pembagian frekuensi suara, i.e., bagian mana dari suatu lagu yang termasuk sub bass, mid bass, low mids, upper mids, lower treble, dan upper treble/air. Dari situ, aku belajar mengenali karakteristik dari IEM yang berbeda-beda berdasarkan frequency response curvenya (grafik yang menunjukkan seberapa keras tiap-tiap frekuensi suara dipancarkan oleh IEM).

Sekarang, aku jadi tahu kalau selera suaraku adalah sound signature yang warm (have a little more bass, with full and clear mids and relaxed treble), which, in retrospect, makes sense karena aku suka ndengerin genre EDM yang perlu clear, textured, dan high quality bass.

Furthermore, karena pengaruh dari electronic music production CCA yang kusebut di atas, aku jadi suka belajar tentang sound design untuk EDM, which includes belajar tentang cara pakai synthesiser (e.g., Serum) dan equaliser (EQ). I also joined a live audio engineering club di dormku, as mentioned previously, where I got the chance to shadow senior audio engineers during dorm events. I learnt how to set up a stage and connect everything up so that the sound goes through, dan juga belajar a little bit of acoustics and live EQ-ing during events.

 

19. Selain yang sudah kamu capai sekarang, ada nggak goal atau achievement lain yang masih kamu kejar ke depannya?

Jawaban:

I think, as far as I can remember, tujuan hidupku dari dulu kecil itu menjadi seorang ilmuwan yang bisa membawa kemajuan bagi umat manusia dan bumi. So, obviously, being here in NUS is still the beginning of my journey. There are still many things to do and to achieve.

First of all, ya pastinya getting my Bachelor’s. Lalu undertaking graduate studies sampai PhD, jadi postdoc, maybe become a PI myself, and spend the rest of my life studying and constantly pushing the boundaries of science.

Academics aside, I also want to have enough wealth to make my parents happy and to settle down and start a family as well. To be honest, my goals in life are quite simple.

Baca Juga : Profil Vannes COC Season 2, Mahasiswa NTU yang Suka Coding

Nah, itu dia question and answer bersama Calvin! Gimana, seru banget ya ngobrol bareng Calvin? Ternyata, di balik sosoknya yang terlihat “cool”, Calvin punya sisi yang suka sharing ke orang lain dan punya hobi yang cukup unik.

Jangan lupa vote Calvin sebagai peserta favorit pilihan kamu di sini.

Jangan sampai kelewatan juga keseruan episode Clash of Champions Season 2 berikutnya. Pantengin terus media sosial, blog Ruangguru, dan channel WhatsApp COC Season 2 buat dapetin info ter-update!

Nah, kalau kamu mau siap jadi juara di Tahun Ajaran Baru 2025/2026? Yuk, segera klaim diskon spesial beragam paket produk dari Ruangguru.

clash of champions ruangguru season 2

Ruangguru

Platform bimbingan belajar online terbesar dan terbaik di Indonesia. Menyediakan layanan belajar berbasis teknologi interaktif untuk jenjang SD, SMP, SMA/SMK.