Profil Austin Senna, Peserta COC Season 2 yang Punya GPA Jebol

Profil Austin Senna, Peserta Clash of Champions Season 2

Austin sempat bikin netizen geger karena GPA-nya berada di atas rata-rata GPA maksimal. Ia meraih GPA 4.27 dari 4.00! Penasaran gak sih sama cara belajar Austin? Yuk kenalan lebih dekat dengan doi lewat artikel ini!  

 

Saat nama Austin diperkenalkan sebagai salah satu peserta dari Universe 2, banyak orang yang berdecak kagum karena GPA-nya yang melebihi batas maksimum. Real, ini gak typo ya ges ya. 

Jadi, di Columbia University, mahasiswa yang mayoritas dapat nilai A+ di setiap mata kuliah emang sangat mungkin untuk dapat GPA di atas rata-rata. Artinya, nilai mata kuliah Austin didominasi A+.

BRAVO AUSTIN!! 👏🏼👏🏼👏🏼

Apalagi, Austin auto di-notice karena jadi peserta pertama yang lolos dalam game Spinning Cube. Gokil. Padahal itu game amatlah menantang karena disuruh ngitung total sisi kubus dengan jumlah terbesar.

Baca Juga: Profil Peserta Clash of Champions (COC) Season 2 Batch 7

Biar kamu makin kenal sama Austin, langsung aja baca artikel ini sampai habis! (Spoiler, ini artikel AGAK panjangHehehe)

 

Yuk, Kenalan dengan Austin!

Profil Austin - Peserta Clash of Chmapions Season 2

(Sumber: dok. Ruangguru)

 

Biodata Singkat Austin

Nama Lengkap

Austin Senna Wijaya

Nama Panggilan

Austin

Tempat, Tanggal Lahir

Medan, 14 Maret 2006

Domisili

Medan / New York

Angkatan Kuliah

2024

Riwayat Pendidikan

  • Columbia University
  • SMA Sutomo Medan

 

GPA

4.27/4.00

Akun Media Sosial

 

Hobi

  • Gym
  • Main game
  • Jalan-jalan

 

Prestasi Austin

  1. Bronze Medal OSN Kimia 2022 
  2. Awardee Beasiswa Indonesia Maju Taman Sains 3 
  3. 2nd Place National Olympiad of Chemical Engineering 2023 

 

Lho lho lho. Prestasinya menang lomba OSN Kimia, tapi kok malah hijrah ke jurusan Computer Engineering? Ini namanya all rounder gak sihh. 

Tapi kira-kira, kenapa ya Austin memutuskan untuk ambil jurusan yang *ehem terkenal sulit dan ketat itu? Terus gimana sepak terjang Austin selama jadi mahasiswa di Columbia University?

Cari tau jawabannya lewat QnA eksklusif dengan Austin berikut ini~

Baca Juga: Jadwal Tayang Clash of Champions (COC) Season 2 Minggu Ini

 

Perjalanan Austin dari OSN Kimia Hingga ke Columbia University

1. Kamu kan pernah nge-spill nih, waktu persiapan OSN Kimia, kamu belum pernah baca buku kimia sebelumnya. Tapi tetap bisa langsung dapet Bronze Medal. Ceritain dong gimana proses belajarnya, dan mindset seperti apa yang kamu punya sampai bisa secepat itu adaptasinya?

Jawaban:

Honestly, I just didn’t know about the right resources and study techniques to prepare for OSN Kimia, so I just kept on watching YouTube videos like those from Organic Chemistry Tutor. 

I would also watch IChO Organic Chemistry when preparing for nationals. I mean it helps a lot, but I think what helped the most was:

Aku dapat teaching one-on-one langsung dari Pak Kepala Sekolah (Kepsek) SMA-ku karena dia dulu guru kimia. It was a pretty fun feeling—I was being treated as if I was his son by my friends and teachers, so I was respected by them HAHAHA. 

That made me more motivated to make my Kepsek proud, so I had another reason I wanted to win OSN Kimia. 

Every day I would spend extra time at school studying at the principal’s office, sometimes getting taught by him directly but usually just doing the practice problems he had set up for me. I had pretty good basics in chemistry beforehand, so I didn’t really start from null. 

I guess I did have to study a lot of materials quickly, though; the best way to do this is just to understand each theory and then grind the practice problems—theory wouldn’t stick if not accompanied with practice problems. 

I also sacrificed some topics that I thought I was too unfamiliar with such as inorganic chemistry.

 

(Jujur aja, dulu aku nggak tahu sumber belajar dan teknik belajar yang bener buat persiapan OSN Kimia. Jadi ya aku nontonin video YouTube aja terus, kayak channel Organic Chemistry Tutor. 

Pas persiapan ke tingkat nasional, aku juga nontonin materi IChO Organic Chemistry. Itu lumayan ngebantu sih, tapi menurutku yang paling berpengaruh justru ini:

Aku dapet bimbingan one-on-one langsung dari Pak Kepsek SMA-ku, soalnya beliau dulunya guru kimia. Seru banget rasanya—temen-temen dan guru-guru lain sampai bilang aku udah kayak anaknya beliau sendiri wkwkwk, jadi aku juga ngerasa lebih dihargai gitu. 

Nah, itu bikin aku makin semangat buat bikin Pak Kepsek bangga, dan itu jadi motivasi tambahan buat menang OSN Kimia.

Setiap hari aku luangin waktu ekstra di sekolah buat belajar di ruang kepala sekolah. Kadang diajarin langsung, tapi lebih sering ngerjain soal-soal latihan yang udah disiapin sama beliau. Untungnya, aku udah punya dasar kimia yang lumayan kuat sebelumnya, jadi nggak mulai dari nol banget. 

Tapi tetep aja aku harus belajar banyak materi dalam waktu yang cukup singkat. Cara paling efektif menurutku: pahami dulu teorinya, baru habis itu gas latihan soal. Soalnya kalau cuma belajar teori doang tanpa latihan, itu nggak bakal nempel. 

Aku juga sempet ngorbanin beberapa topik yang bener-bener aku nggak paham, kayak kimia anorganik misalnya, daripada buang waktu terlalu lama di situ.)

 

2. Kamu kan dikenal sebagai peraih medali OSN Kimia, tapi justru memilih melanjutkan kuliah di Jurusan Computer Engineering. Apa sih alasan di balik pilihan jurusan itu? Apakah ada momen tertentu yang membuat kamu mengubah arah atau kamu punya visi tertentu?

Jawaban: 

Saya merasa Kimia itu fun-fun saja si, but there are barely any classes in Materials Engineering or Chemical Engineering that truly excite me. Taking classes just for the sake of completing the degree for 4 whole years would sound like a miserable experience. 

Meanwhile, Computer Engineering (basically EE + CS), has quite a few classes that interest me. Some of them include Signals & Systems, Embedded Systems, Computer Architecture, and AI & ML. They’re very practical and useful, I feel like.

Also, I love how you can just easily create stuff that works in CS, while chem-like majors kinda need full-scale research projects in order to truly create something. 

To be frank, I love showing off my stuff when they do look good, like drawings and videos–to flex something that is actually beneficial would really be an ego-booster HAHAHAHA.

I also truly believe that people taking subjects like Mathematics, Computer Science, and Statistics are truly smart–those subjects give off ‘smart’ vibes. 

Most of my friends are also CS majors, and they love to share their programming journey and knowledge with me. Unfortunately, I would not understand what they’d say—and I don’t like that feeling. 

I kinda don’t wanna lose to them, so I’m trying to shoot for the stars by landing an internship at big techs like NVIDIA or FAANG companies. It would truly be a flex for all my friends taking CS, and, honestly, that’s kinda a life goal of mine.

 

(Saya merasa kimia menyenangkan, Tapi jujur aja, aku nggak terlalu tertarik sama mata kuliah di Teknik Material atau Teknik Kimia. Kayak, bayangin harus ngejalanin kuliah 4 tahun cuma demi lulus, tapi gak bener-bener enjoy kelasnya. 

Sementara, di Teknik Komputer <yang basically gabungan Elektro dan Informatika>, banyak banget kelas yang menurutku seru. Misalnya kayak Signals & Systems, Embedded Systems, Computer Architecture, sama AI & ML. Kelas-kelas ini tuh kerasa banget gunanya, dan aplikatif banget menurutku.

Terus aku juga suka banget gimana di dunia komputer kita bisa dengan gampang bikin sesuatu yang beneran jalan. Sementara kalau di jurusan yang mirip kimia gitu, biasanya butuh riset skala gede dulu baru bisa ‘menciptakan’ sesuatu. 

Jujur aja nih ya, aku suka pamerin karya-karyaku kalau hasilnya keren, entah itu gambar atau video, apalagi kalau yang dipamerin itu beneran berguna, wah itu sih boosting ego banget wkwkwk.

Aku juga bener-bener percaya kalau orang-orang yang ambil jurusan kayak Matematika, Ilmu Komputer, atau Statistik tuh emang pinter-pinter. Soalnya mata kuliahnya aja udah ngasih aura “anak jenius” gitu loh. 

Temen-temenku juga banyak yang anak CS <Computer Science -red.>, dan mereka suka banget cerita soal perjalanan ngoding mereka atau sharing ilmu baru. Sayangnya, aku sering nggak ngerti mereka ngomong apa. Dan aku nggak suka perasaan itu. 

Aku nggak pengen kalah juga sih, jadi sekarang aku lagi ngincer banget bisa dapet internship di perusahaan tech gede kayak NVIDIA atau FAANG. Kalau bisa masuk, itu bener-bener bisa jadi ajang pamer ke temen-temen CS-ku, dan, jujur, itu udah kayak life goal banget buatku.)

 

3. Kamu berhasil tembus ke Columbia University, salah satu kampus Ivy League impian banyak orang di seluruh dunia. Boleh dong ceritain prosesnya dari awal sampai keterima. Ada strategi khusus, persiapan, atau pengalaman yang paling berkesan?

Jawaban:

Honestly, I only discovered my desire for studying abroad after receiving Beasiswa Indonesia Maju (11th Grade Semester 1), but it still worked out in the end. So, it’s okay to be late. Based on my experience, I’d divide the process of application into three:

1) Building a resume for Beasiswa

Gaskan olimpiade-olimpiade atau apapun yang membuat prestasimu stand out. Don’t forget about nilai sekolah as well.

Period: SMA Sem 1-3 (Better if you start from SMP)

 

2) Building a resume for Kuliah Luar Negeri

Now you start thinking about SAT, IELTS, and A-levels (optional). Do gaskan olimpiade-olimpiade as well, and you should have started and continued social projects that show your humanities side by now.

Period: Kelas 11 Sem 1-2 + Kelas 12 Sem 1 

 

3) Essays and Activities Refinement

Now that you have all the materials to show off, refine it. Use specific keywords that show your personality and impact and other stuff like that to stand out to the admissions officer. 

Period: Kelas 12 Sem 1 – Februari Kelas 12

I’m actually planning to create a YouTube Guide for this, so be sure to support me 🙂

 

(Jujur aja, keinginan buat kuliah di luar negeri tuh baru muncul pas aku dapet Beasiswa Indonesia Maju (kelas 11 semester 1). Dari pengalamanku, proses apply beasiswa & kuliah luar itu bisa dibagi jadi tiga tahap:

1) Bangun CV buat Beasiswa

Gas terus ikut olimpiade atau lomba apa pun yang bisa bikin prestasimu keliatan mencolok. Nilai sekolah juga jangan dilupain, ya.
Waktu: SMA kelas 10–12 <lebih bagus lagi kalau udah mulai dari SMP>

 

2) Persiapan CV buat Kuliah Luar Negeri

Mulai mikirin SAT, IELTS, atau A-levels <opsional>. Tetep lanjutin juga olimpiade. Nah, di tahap ini kamu juga udah harus mulai (dan terus jalanin) proyek-proyek sosial.
Waktu: Kelas 11 semester 1–2 + Kelas 12 semester 1

 

3) Ngulik Ulang Essay & Aktivitas

Setelah kamu berhasil ngumpulin portfolio, mulai deh bikin esai. Pakai kata-kata yang bisa nunjukin kepribadian kamu, dampak dari aktivitasmu, dan hal-hal lain yang bikin kamu stand out di mata admission officer.
Waktu: Kelas 12 semester 1 – Februari kelas 12

Oh iya, aku juga lagi rencana bikin YouTube Guide buat proses ini, jadi jangan lupa dukung yaa 😊)

Baca Juga: Rekap Episode 4 Clash of Champions (COC) Season 2

Austin Senna, Peserta Clash of Champions Season 2

Austin lagi di Columbia University~ (dok. Pribadi)

 

4. Selama kuliah di Columbia University, kamu pakai beasiswa atau enggak? Kalau iya, boleh dong dijelasin beasiswa apa, bagaimana cara daftarnya, dan tips buat yang pengin mengikuti jejakmu?

Jawaban:

Yep! The main reason I even thought of studying abroad was because of Beasiswa Indonesia Maju (I think it’s called Beasiswa Garuda now). 

If I had not gotten this, my dream school would have been STEI-K ITB because I’ve always thought it’s the best in Indonesia. 

I’ve already listed how you can apply for it in No. 3 Part 1.

 

(Yup! Alasan utama aku kepikiran buat kuliah ke luar negeri gara-gara Beasiswa Indonesia Maju <kayaknya sekarang namanya udah ganti jadi Beasiswa Garuda deh>. 

Kalau aku nggak dapet beasiswa ini, kampus impianku sebenernya STEI-K ITB, soalnya dari dulu aku nganggep itu jurusan terbaik di Indonesia.

Cara daftarnya udah aku jelasin juga di bagian No. 3 Part 1 yaa.)

 

5. Dari awal, apakah Columbia University memang jadi kampus impianmu? Atau dulu sempat mengincar universitas lain juga? Ceritain dong gimana akhirnya kamu memilih Columbia University sebagai tujuan kuliah.

Jawaban:

Noooo HAHAHA. I would have loved to study at Princeton, Cornell, or UC Berkeley—but unfortunately I got rejected by all of them. 

In fact, I only started applying to Columbia in the last 2-3 hours before the deadline because I kinda felt unproductive while eating pizza in my room LOL. Somehow I still got accepted with those trashy essays I speedran through in the last 2 hours :D. 

After all college decisions were out, my options slimmed down to just Columbia, Northwestern, or NUS. Columbia’s in New York, Northwestern’s in a pretty suburban area (Evanston), and NUS is in Singapore. 

I kinda wanted to try living in New York, and the living allowance given by BIM is more in New York than it is in Evanston—I could be saving way more by being frugal at campus HAHAHAHA. 

 

(Enggak HAHAHA. Aku sebenernya pengen banget kuliah di Princeton, Cornell, atau UC Berkeley, tapi sayangnya ketolak semua wkwkwk.

Lucunya lagi, aku baru mulai apply ke Columbia sekitar 2–3 jam sebelum deadline, karena lagi ngerasa nggak produktif pas makan pizza di kamar LOL. Entah gimana caranya, aku malah keterima—padahal essay-nya aku kerjain kilat dalam 2 jam terakhir dan hasilnya yaa… ambyar banget sih sebenernya 😀

Setelah semua hasil dari kampus keluar, pilihanku jadi mengerucut ke tiga: Columbia, Northwestern, atau NUS. Columbia itu di New York, Northwestern di daerah suburban <Evanston>, dan NUS di Singapura.

Aku sebenernya kepo banget pengen ngerasain tinggal di New York. Terus, uang living allowance dari Beasiswa Indonesia Maju (BIM) juga lebih gede kalau kita kuliah di New York dibanding Evanston—jadi kalau aku hidup hemat di kampus, bisa nabung jauh lebih banyak HAHAHAHA.)

 

6. Nilai GPA kamu luar biasa tinggi, bahkan melebihi standar maksimal. Boleh dong spill tips belajar sehari-hari dan cara mempersiapkan diri saat musim ujian?

Jawaban:

As long as you are on top of your things by the end of every week, I’d say the exam season wouldn’t be stressful. All of my exam seasons haven’t been stressful so far karena aku nyicil belajar dan mengerti semua materi. 

If possible, do this:

Always read the syllabus so that you know what you’re expecting from each lecture. Sebelum lecture tentang sebuah materi yang kamu belum familiar, baca-baca dulu tentang materi itu selama 1-2 jam sampai beneran dapat overview of the materials. Ini bisa dari lecture notes ataupun YouTube videos.

You don’t have to understand it, and if you feel confused, that’s good. My E&M professor once said it’s better to be confused twice because you would actually learn a lot the second time. 

If you don’t wanna put much effort, this is the least you can do (and I do these for lessons that I’m not so interested in):

Sebelum kerjain PR, coba review materi yang dibutuhkan untuk kerjain PR, baik dari lecture notes ataupun additional materials seperti YouTube dan buku yang direkomen profesor untuk kelas tersebut. 

 

(Selama kamu bisa ngatur waktu belajar dengan baik, menurutku musim ujian tuh nggak bikin stres. Sampai sekarang, masa-masa ujian aku juga nggak pernah terlalu bikin pusing, soalnya aku nyicil belajar dan bener-bener paham materi pelajarannya.

Kalau bisa, coba lakuin ini:

Selalu baca silabus biar seenggaknya kamu lebih prepare sebelum kuliah dimulai. Terus, kalo ada materi yang kamu belum familiar, coba baca-baca dulu selama 1–2 jam biar dapet gambaran besarnya. Bisa lewat lecture notes atau video YouTube.

Nggak harus langsung paham kok, dan kalau kamu malah jadi bingung, itu justru bagus. Dosen E&M-ku pernah bilang, “Lebih baik bingung dua kali, karena yang kedua kalinya kamu bakal bener-bener belajar dan nyantol.”

Kalau kamu lagi nggak mau effort, minimal ini yang bisa kamu lakuin <dan ini juga yang aku lakuin buat pelajaran yang aku nggak terlalu minati>:

Sebelum ngerjain PR, coba review dulu materinya, entah dari lecture notes atau tambahan lain kayak video YouTube, atau buku rekomendasi dari profesor buat kelas itu.)

 

7. Kamu pernah merasa demotivasi untuk belajar enggak? Kalau iya, gimana cara kamu supaya bisa bangkit dari perasaan itu dan kembali lagi termotivasi?

Jawaban:

Yes, in fact, right now I am demotivated to learn about anything because of the instant gratification from social media. 

What you need is a group of friends that can keep you motivated, and I have a lot of motivated friends. It feels uncomfortable to see everyone being productive while you are not, but that’s the key to start studying.

Other than that, some things you can do by yourself is to make studying a bit more fun:

  • Listen to music while studying, especially on lighter homework and lighter materials that you don’t really need brainpower to study.
  • Study with friends! This is definitely going to be less productive, but it’s fun and every time you teach, you solidify your understanding of the materials.
  • Take scroll breaks while studying. When you feel like you’re not absorbing new information anymore, it’s time to take a break by watching YouTube or scrolling for a few minutes (perhaps 5-15 minutes)?

 

(Iya, jujur aja, sekarang pun aku lagi demotivasi banget buat belajar apa pun gara-gara godaan instant gratification dari media sosial. 

Yang paling kamu butuhin sebenernya temen-temen yang bisa bikin kamu tetap semangat. Untungnya aku dikelilingi banyak temen yang rajin dan termotivasi. Rasanya nggak enak banget sih ngeliat semua orang produktif sementara kamu nggak ngapa-ngapain, tapi justru itu titik awal yang bagus buat mulai belajar.

Selain itu, ada juga hal-hal kecil yang bisa kamu lakuin sendiri biar belajar nggak terasa ngebosenin:

  • Dengerin musik sambil belajar, apalagi kalau lagi ngerjain PR ringan atau materi yang nggak butuh mikir berat banget. Biar suasananya lebih santai.
  • Belajar bareng temen! Emang sih ini biasanya lebih nggak fokus, tapi seru, dan setiap kali kamu ngajarin orang, sebenernya itu bikin kamu makin ngerti juga sama materinya. 
  • Ambil jeda buat scroll. Kalau udah ngerasa belajar nggak masuk-masuk, itu tandanya otak kamu butuh istirahat. Nggak apa-apa kok nonton YouTube atau scroll medsos sebentar—sekitar 5 sampai 15 menit aja.)

 

8. Kalau lagi belajar, kamu lebih suka sendirian biar lebih fokus, atau rame-rame bareng teman-teman biar bisa diskusi? Ceritain juga ya kenapa kamu lebih nyaman dengan cara itu.

Austin Senna - Numeric Logic

Austin bersama peserta Clash of Champions Season 2 dalam game Numeric Logic (dok. Ruangguru)

 

Jawaban:

Sendirian biar lebih fokus. You can play any music and sing along when you’re stressed, and it’s honestly just chill vibes. 

Kalau sudah bosan, bareng teman-teman. I mean it’s a really good way to socialize, I suppose. 

I’m sort of an introvert so I do want to keep some days to myself while using some time to spend with friends, and this could be a good way to make hanging out with friends a bit more productive.

 

(Sendirian tuh enak biar bisa lebih fokus. Kamu bisa muter lagu apa aja, nyanyi-nyanyi sendiri pas lagi stres, dan suasananya bener-bener santai banget.

Tapi kalau udah mulai bosen, belajar bareng temen juga oke sih. Lumayan lah sekalian sosialisasi. 

Aku sendiri agak introvert, jadi aku pengen ada hari-hari buat menyendiri, tapi juga tetep nyempetin waktu buat nongkrong sama temen. Nah, belajar bareng sebenernya bisa jadi cara yang lumayan produktif buat quality time bareng mereka.)

Baca Juga: Rekap Episode 5 Clash of Champions (COC) Season 2

 

9. Kamu aktif di organisasi kampus enggak, Austin? Kalau iya, kegiatan apa aja yang kamu ikuti dan apa manfaatnya buat pengembangan diri kamu?

Jawaban:

I’m barely active in organizations. The only things I’ve done outside classes are doing research under a professor and joining an engineering club on-campus that makes RC boats. 

But usually I’m just there in the club, doing what I’m tasked to do sort of reluctantly and not actively seeking connections (which I kinda regret). 

I mean the only reasons I’m doing these are for building my resume, so it’s a pretty bad reason.

 

(Aku jarang banget aktif di organisasi. Kegiatan di luar kelas palingan cuma riset bareng dosen sama gabung ke klub teknik di kampus yang bikin perahu RC. 

Tapi ya, biasanya aku cuma dateng, ngerjain tugas yang dikasih, itu pun setengah hati dan nggak terlalu niat buat cari relasi <yang sekarang agak aku sesalin sih>.

Jujur aja, alasan aku ngelakuin semua itu juga cuma buat ngisi CV, dan kalau dipikir-pikir, itu alasan yang kurang oke banget sebenernya.)

 

WOW. Lumayan panjang ya obrolan kita dengan Austin seputar kehidupannya di kampus. Tapi kira-kira, gimana ya Austin beradaptasi dengan kehidupan luar negeri? Apakah doi pernah homesick

Terus, kamu penasaran gak sih hobi apa yang Austin biasa lakuin buat ngisi waktu?

 

Serba-Serbi Austin yang Perlu Kamu Tau

10. Kuliah di luar negeri pasti penuh tantangan. Menurut kamu, gimana sih cara survive dan beradaptasi dengan lingkungan dan budaya baru di sana?

Jawaban: 

Yeah, so I’m pretty sure walaupun ada budaya baru, you can just choose to ignore it. I mean this is such an NPC way to deal with new culture, but just filter out whichever ones you don’t want.

For instance, pergaulan bebas is quite common here actually, which is why you have contraception for free everywhere on campus. I could care less about that, though. 

As for the environment, I’d say it’s pretty similar as long as you choose the right environment. 

 

(Iya sih, menurutku walaupun ada budaya baru, kamu sebenernya bisa aja milih buat cuek. Emang kedengarannya kayak NPC move, tapi ya tinggal saring aja mana yang kamu nggak pengen ikutin.

Contohnya, pergaulan bebas di sini tuh lumayan umum, makanya alat kontrasepsi juga tersedia gratis di mana-mana di kampus. Tapi aku pribadi nggak peduli sama hal-hal kayak gitu.

Soal lingkungan, menurutku ya nggak beda jauh kok, selama kamu bisa milih lingkungan yang cocok buat kamu.)

 

11. Apa sih hal yang paling berat saat kuliah di luar negeri? Misalnya, perasaan saat jauh dari keluarga dan teman-teman di Indonesia?

Jawaban:

Honestly, aku rasa malahan lebih berat pas SMA. Makan, gym, tidur dah enak soalnya sudah dibayar Beasiswa Indonesia Maju—so all you have to think about is studying (and having fun). Also, my dorm’s on campus, so getting to classes would only be a 5-minute walk—it truly is convenient.

I would sometimes miss my friends and parents, but I’m used to hanging out online so honestly that’s kind of a non-factor as well. The 12-hour time zone difference is also not that bad because you can call them when they’re having dinner and you’re having brunch or vice versa. 

 

(Jujur ya, menurutku justru masa SMA itu lebih berat. Soalnya sekarang makan, gym, tidur semuanya udah terjamin berkat Beasiswa Indonesia Maju—jadi yang perlu dipikirin cuma belajar <sama have fun dikit-dikit lah>. Dorm-ku juga ada di dalam kampus, jadi ke kelas cuma butuh jalan kaki 5 menit—praktis banget, asli.

Kadang-kadang aku kangen temen-temen atau orang tua sih, tapi aku juga udah biasa nongkrong online, jadi sebenernya itu bukan masalah besar juga. Perbedaan waktu 12 jam pun nggak terlalu ganggu, soalnya masih bisa teleponan pas mereka lagi makan malam dan aku lagi brunch, atau sebaliknya.)

 

12. Gimana sih cara kamu membagi waktu antara melakukan hobi/hal yang kamu senangi dan tanggung jawab akademik? Apakah ada prinsip atau rutinitas tertentu yang kamu terapkan?

Jawaban:

Saya lumayan no-life NPC di sekolah sih, jadi kerjanya cuman main game, belajar, dan gym. 

Aku biasanya pengennya itu supaya selesai semua tugas 1 hari sebelum deadline supaya pas deadline bisa cek dengan teman-teman, dan juga untuk menyelesaikan semua tugas-tugas sebelum weekend supaya weekend-nya bisa beneran free untuk jalan-jalan.

Kadang pas aku merasa sangat unproductive ataupun bosan saat masa-masa rekreasi seperti gym atau jalan-jalan, aku bisa menonton YouTube tutorials ataupun bisa buka PDF buku dari HP untuk belajar saat jalan kaki ataupun naik subway.

 

13. Apakah kamu punya hobi unik atau kegiatan seru yang jarang orang tahu? Ceritain dong!

Jawaban:

Ga ada si, lumayan basic soalnya hobi-hobi saya. This includes:

  • Jalan kaki minimal 10.000 langkah sehari, and I really like exploring places by walking because of this.
  • Scrolling IG ataupun Tiktok minimal 2-3 jam sehari
  • Gym kalau lagi mood jelek. 
  • Main game—of which I’m a huge Nintendo and League of Legends fan.
  • Watch anime and read manga.
  • Belajar kalau lagi mood jelek dan bosan banget dan merasa terlalu unproductive.

 

14. Selain yang sudah kamu capai sekarang, ada nggak goal atau achievement lain yang masih kamu kejar ke depannya?

Jawaban:

Semoga keterima di big tech dan mendapatkan uang banyak dari big tech hehehe. I pray to God for these days.

Baca Juga: Profil Abelle, Peserta Clash of Champions Season 2 dari Stanford University

 

Austin di Clash of Champions Season 2

Austin Senna, Peserta Clash of Champions Season 2

Austin lagi ngafalin kartu dalam game Shuffle & Recall (dok. Ruangguru)

 

15. Ceritain dong, gimana awalnya kamu bisa ikutan Clash of Champions Season 2? Apakah kamu daftar sendiri, direkomendasikan orang lain, atau mungkin ditawarkan oleh pihak Ruangguru? Kita pengin tahu cerita di balik layar sampai akhirnya kamu bisa terjun di ajang kompetitif ini!

Jawaban:

Aku ditawarkan oleh pihak Ruangguru, tetapi memang dari awal juga pengen apply Clash of Champions Season 2 sih regardless of getting invited or not. 

I also got recommended by my friend so honestly I kinda wanna make them proud. I think it would be an interesting experience to color my relatively boring life, and honestly, I am sort of interested in creating YouTube Guides for the public. 

The exposure gained from the show could be an additional motivational boost for myself in content creation . 

 

(Aku emang ditawarin langsung sama pihak Ruangguru, tapi dari awal juga udah niat pengen apply ke Clash of Champions Season 2, bahkan kalau nggak diundang sekalipun.

Aku juga direkomendasiin sama temen, jadi jujur aja aku pengen bikin mereka bangga. Kayaknya seru juga sih punya pengalaman yang bisa mewarnai hidupku yang lumayan monoton ini wkwkwk. Dan sejujurnya, aku emang lumayan tertarik buat bikin YouTube Guide yang bisa bantu orang banyak.

Exposure dari acara ini juga bisa jadi dorongan tambahan buat aku lebih semangat bikin konten ke depannya.)

Baca Juga: Profil dan Biodata Max, Peserta COC Season 2 Si Jago Rubik

Sumpah, Austin tipe-tipe mahasiswa rajin dengan otak brilian yang bakal jadi inceran profesor buat dijadiin anak emas gak sih. Gimana enggak, cara dia belajar sebenernya simpel dan bisa diikutin sama kita semua, but he success to  achieve value more than a score~ 

Yuk, vote Austin sebagai peserta favorit pilihan kamu di sini. Jangan sampai kelewatan keseruannya, cuss, pantengin terus media sosial, blog Ruangguru, channel WhatsApp COC Season 2, buat dapetin info ter-update!

Siap jadi juara di Tahun Ajaran Baru 2025/2026? Yuk, segera klaim diskon spesial beragam paket produk dari Ruangguru.

CTA Clash of Champions

Ruangguru

Platform bimbingan belajar online terbesar dan terbaik di Indonesia. Menyediakan layanan belajar berbasis teknologi interaktif untuk jenjang SD, SMP, SMA/SMK.