9 Kerajaan Maritim Hindu dan Buddha di Nusantara | Sejarah Kelas 11

Sejarah Kerajaan Maritim Hindu-Buddha - Sejarah Kelas 11

Artikel ini akan menjelaskan alasan terbentuknya kerajaan maritim Hindu-Buddha dan macam-macam kerajaan maritim Hindu-Buddha di Indonesia.

Indonesia memiliki kondisi geografis yang unik di antara negara di Asia Tenggara. Berdasarkan letak geografisnya, Indonesia berada di posisi strategis. Indonesia terletak di antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, serta di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia.

Selain itu, Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki lebih dari 17.000 pulau dan bergaris pantai sepanjang 81.000 km. Betul sekali, wilayah Indonesia memiliki perairan yang lebih luas daripada daratan, terdiri dari 70% lautan dan 30% daratan. Wilayah laut Indonesia yang luas membuat Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi besar di bidang kelautan dan perikanan. Hal inilah yang membuat Indonesia disebut sebagai negara maritim. 

 

Pengertian Maritim

Kenapa sih Indonesia disebut negara maritim? Selain karena memiliki wilayah laut yang luas, Indonesia disebut negara maritim karena sejak dulu masyarakatnya memanfaatkan sumber daya di perairan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Contohnya melakukan pelayaran, perdagangan laut, dan armada laut.

Maritim berasal dari bahasa latin, yaitu Mare yang artinya laut. Secara istilah maritim diartikan “connecting to sea or near the sea”, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan laut atau dekat dengan laut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), maritim adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan laut atau yang berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut.

Baca Juga: 6 Kerajaan-Kerajaan Maritim Islam di Nusantara

Nah, ngomong-ngomong masalah maritim, ternyata awal mula munculnya julukan negara maritim di Indonesia itu sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha, lho! Kerajaan maritim Hindu-Buddha ini terbentuk karena beberapa faktor. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Indonesia memiliki kekayaan rempah-rempah yang membuat masyarakat India dan Tiongkok ingin berdagang dengan Indonesia

2. Letak geografis. Pulau Indonesia berada di lautan dengan perairan yang tenang, sehingga memungkinkan untuk terjadinya perdagangan antar negara.

3. Pengetahuan. Masyarakat Indonesia memiliki pengetahuan akan rasi bintang dan arah mata angin sebagai penunjuk jalan ketika berlayar dan memiliki pengetahuan dalam membangun kapal laut. Hal ini yang memaksimalkan proses perdagangan.

Dalam aktivitas perdagangan ini, masyarakat Tiongkok dan India membawa pengetahuan tentang kepercayaan mereka, yaitu kepercayaan Hindu dan Buddha. Sehingga kerajaan-kerajaan maritim Indonesia memiliki ciri-ciri atau corak yang menggambarkan kepercayaan-kepercayaan tersebut. Nah, kira-kira apa saja ya kerajaan maritim Hindu-Buddha yang ada di Indonesia?

 

Macam-macam kerajaan maritim Hindu-Buddha di Indonesia

 

Kerajaan Kalingga

Kerajaan Kalingga atau Kerajaan Holing adalah kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha dan terletak di pantai utara Jawa Tengah, antara Kabupaten Pekalongan dan Jepara. Dapunta Syailendra merupakan pendiri Kerajaan Kalingga, yang pada akhirnya menjadi penguasa Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Kalingga mencapai puncak kejayaan di bawah pimpinan Ratu Shima. Perekonomian mereka bertumpuk pada sektor perdagangan dan pertanian. Letak kerajaan yang strategis menyebabkan sektor perdagangan maritim bisa berkembang pesat.

Pada saat itu, mereka berdagang kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading. Wilayah pedalaman yang subur mereka manfaatkan untuk mengembangkan kegiatan pertanian yang hasil utamanya berupa padi. Penduduknya juga pandai membuat minuman dari bunga kelapa dan bunga aren. Pemerintahan Ratu Shima sangat keras, tegas, tapi adil. Hal ini yang membuat rakyatnya memiliki kehidupan yang makmur. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Kalingga menjadi pusat agama Buddha di Jawa.

Kerajaan Kalingga runtuh sepeninggal Ratu Shima, dengan terjadinya penaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya.

 

Kerajaan Sriwijaya

Salah satu kerajaan maritim Hindu-Buddha terbesar di Indonesia adalah kerajaan Sriwijaya. Kerajaan bercorak Buddha didirikan oleh Dapunta Hyang yang terletak di sekitar pertemuan Sungai Musi dan Sungai Ogan, sampai ke pesisir di sebelah timur. Kalau dilihat dari peta zaman sekarang, letak kerajaan ini ada di Palembang, Sumatera Selatan. Nah, posisi kerajaan yang berada di pesisir ini yang membuatnya strategis dalam melaksanakan aktivitas maritim.

 

Wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-8, membentang dari Sumatera, Jawa Tengah, hingga Semenanjung Malaya. Panah merah menunjukkan rangkaian ekspedisi dan penaklukan Sriwijaya.(Wikipedia Commons/Gunawan Kartapranata)

Sungai-sungai dijadikan jalur lalu lintas dari wilayah pedalaman menuju laut dan juga sebaliknya. Sebagai salah satu kerajaan maritim Hindu-Buddha, kerajaan Sriwijaya berfokus pada kegiatan pelayaran dan perdagangan laut. Salah satu produk yang menjadi daya tarik kerajaan ini adalah emas dan kapur barus. Lokasi kerajaan Sriwijaya yang strategis ini membuat pelabuhannya ramai didatangi pelanggan dari India dan dari Tiongkok.

Kronik Zhu Fan Zhi

 

Meskipun sempat memegang julukan sebagai salah satu kerajaan maritim Hindu-Buddha terbesar di Indonesia, kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut

  1. Serangan Kerajaan Chola dari India pada 1025 yang ingin merebut jalur perdagangan Selat Malaka.
  2. Kerajaan-kerajaan yang sudah ditaklukan di Semenanjung Malaya mulai melepaskan diri, sehingga Kerajaan Sriwijaya tidak lagi menguasai jalur utama perdagangan maritim.
  3. Serangan Majapahit ke Sumatera 1377.

 


Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berdiri di dekat Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Namun, nggak banyak peninggalan sejarah yang menceritakan kehidupan kerajaan ini. Peninggalan sejarah kerajaan Kutai, yaitu 7 prasasti Yupa yang ditemui di Muara Kaman. Prasasti-prasasti tersebut ditulis dengan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa.

Diyakini prasasti tersebut mengisahkan tentang raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Kutai, beberapa di antaranya adalah Raja Kudungga, Raja Aswawarman, dan Raja Mulawarman. Kerajaan Kutai dipercaya sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia.

Prasasti Yupa Kerajaan Kutai

 

Pada masa Raja Mulawarman, kerajaan Kutai mencapai puncak keemasan dan diperkirakan menjadi tempat singgah jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Selat Makassar, Filipina, dan China. Oleh karena itu, salah satu sumber perekonomian Kerajaan Kutai berasal dari kegiatan perdagangan. Nah, salah satu buktinya adalah ditemukan barang-barang keramik, arca dewa Trimurti, dan arca Ganesha.

 

Kerajaan Mataram Kuno 

Kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu ini memiliki Ibu kota bernama Medang Kamulan yang terletak di Jawa Tengah. Kerajaan ini dialiri Sungai Progo, Sungai Bogowonto dan Sungai Bengawan Solo. Di dalam kerajaan ini terjadi aktivitas perdagangan dan pertanian yang menjadi sumber pendapatan mereka. Selain itu, kerajaan Mataram Kuno juga terletak pada rute perdagangan antar pulau Maluku dan Selat Malaka. Hal ini yang menjadikan Kerajaan Mataram Kuno salah satu kerajaan maritim Hindu Buddha terbesar di Indonesia.

 

Raja Kerajaan Mataram Kuno pertama, yaitu Sanjaya merupakan pendiri Wangsa Sanjaya yang menganut memiliki kepercayaan Hindu. Setelah Raja Sanjaya wafat, kerajaan Mataram Kuno dilanjutkan oleh  Rakai Panangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Rakai Panangkaran menandai awal berkuasanya Wangsa Sailendra yang mengawali pembangunan Candi Borobudur

Pada saat Wangsa Syailendra berkuasa, agama Hindu dan Buddha dapat berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno. Sayangnya, akibat letaknya yang berada di sekitar gunung merapi, kerajaan Mataram Kuno mengalami kemunduran. Hal ini karena pada saat itu gunung merapi dikabarkan akan meletus, sehingga menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus pindah ke Jawa Timur.

 

Kerajaan Medang Kamulan

Nah, Kerajaan Medang Kamulan adalah kelanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno yang dipindahkan oleh Mpu Sindok ke daerah Jombang, Jawa Timur. Faktor yang mempengaruhi perpindahan ini adalah adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan faktor bencana alam. Selama Mpu Sindok memerintah, ia dibantu oleh permaisurinya, Sri Wardhani.

Mpu Sindok dengan Sri Wardhani berusaha membuat rakyat Kerajaan Medang untuk hidup sejahtera dan makmur. Mpu Sindok bahkan membangun bendungan dan tanggul agar dapat mendukung pertanian di Medang Kamulan. Setelah Mpu Sindok meninggal dunia, kekuasaan Medang Kamulan berpindah ke Raja Dharmawangsa. Pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa, Medang Kamulan menjalin persahabatan dengan berbagai kerajaan di nusantara, salah satunya Kerajaan Bali.

Kerajaan Medang Kamulan runtuh ketika pesta pernikahan putri Raja Dharmawangsa dengan Airlangga. Pada saat itu, terjadi serangan mendadak dari Kerajaan Sriwijaya yang dibantu oleh Kerajaan Wurawari. Walaupun Airlangga beserta pengikut setianya berhasil selamat, serangan tersebut mengakibatkan terbunuhnya keluarga Kerajaan Medang. 

 

Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang berdiri pada abad ke-12. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan ini terbentuk berawal dari keputusan Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian untuk menghindari pertikaian. Nah, kerajaan tersebut, di antaranya Kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Kerajaan Panjalu (Kediri). Dua kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas. 

Pusat Kerajaan Kediri yang terletak di tepi Sungai Brantas yang merupakan jalur pelayaran yang ramai. Sumber ekonomi Kerajaan Kediri berasal dari penghasil beras, berdagang emas, perak, daging, kayu cendana, pinang, dan gerabah.

Runtuhnya Kerajaan Kediri terjadi di bawah pimpinan Raja Kertajaya yang dianggap telah melanggar agama dan memaksa Brahmanya untuk menyembahnya sebagai dewa. Kemudian kaum Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok. Setelah Raja Kertajaya dan Kerajaan Kediri runtuh di tangan Ken Arok, Kerajaan Kediri menjadi kekuasaan Tumapel atau Kerajaan Singasari.

Baca Juga: Bagaimana sih Dampak Kedatangan Eropa Bagi Indonesia?

 

Kerajaan Singasari

Singasari merupakan kerajaan bercorak Hindu yang didirikan oleh Ken Arok dan terletak di Malang, Jawa Timur. Kerajaan Singasari mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh Raja Kertanegara. Pada saat itu, sektor perdagangan dan pelayaran Singasari berkembang sangat pesat. Singasari melakukan ekspansif dengan politiknya dan memiliki armada laut yang kuat. Komoditas yang diperdagangkan adalah rempah-rempah, kayu cendana, beras, dan emas.

Namun, pada tahun 1292 terjadi pembunuhan Kertanegara dalam Pemberontakan Jayakatwang yang mengakibatkan Kerajaan Singasari runtuh. 

 

Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara dimulai ketika Maharesi Jayasingawarman datang ke Indonesia dari Salankayana, India. Kerajaan ini berada di puncak kejayaan di bawah pimpinan Purnawarman, yang merupakan raja ketiga. Raja Purnawarman merupakan seorang penganut keyakinan Hindu. Ia membangun ibu kota kerajaan yang letaknya dekat dengan pantai. Kota tersebut diberi nama Sundapura, yang menjadi cikal-bakal kata “Sunda”.

Perekonomian di pemerintahan Purnawarman sangat maju. Hal ini dibuktikan dengan raja Purnawarman yang bersedekah 1.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Pada saat itu, mayoritas penduduk kerajaan Tarumanegara bermata pencaharian bertani. Wilayah kerajaan ini meliputi hampir seluruh Jawa Barat dan menjalin hubungan diplomatik dengan Cina.

Namun, Kerajaan Tarumanegara terjadi penurunan ketika pergantian kekuasaan. Hal ini terjadi karena adanya serangan dari kerajaan lain yaitu Kerajaan Majapahit. Pengalihan kekuasaan dari Kerajaan Tarumanegara menjadi Kerajaan Sunda di bawah kepemimpinan Raja Tarusbawa. Atas terjadinya keinginan ini, pada akhirnya kerajaan Tarumanegara terbagi menjadi Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh, dengan Sungai Citarum yang memisahkannya.

 

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit terletak di ibu kota Trowulan, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Wijaya, yang pada saat itu memanfaatkan kedatangan pasukan Mongol untuk mengalahkan kerajaan yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kerajaan Majapahit memiliki salah seorang pejabat tinggi, yang bernama Gadjah Mada.

Kerajaan Majapahit dikenal sebagai salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara. Majapahit memiliki armada laut dengan berbagai fungsi dan bentuk kapal, seperti kapal perang, kapal dagang, kapal khusus yang hanya digunakan kepentingan raja dan upacara keagamaan. 

Kerajaan Majapahit mengalami puncak kejayaan ketika dibawah pimpinan Hayam Wuruk. Pada masa ini juga terjadi perkembangan pesat dalam kesusastraan. Beberapa di antaranya adalah Kitab Negarakertagama yang dibuat oleh Mpu Prapanca. Kitab tersebut berisi sejarah singkat berdirinya kerajaan Majapahit, dan Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular yang berisi puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan kerajaan Majapahit.

Kehancuran yang dialami oleh kerajaan Majapahit terjadi ketika Hayam Wuruk wafat. Selain itu, terdapat faktor-faktor lain, seperti perebutan tahta di kerajaan, dan berdirinya kerajaan Islam di Demak, yang didirikan oleh Raden Fatah, anak dari Brawijaya V, yang merupakan raja terakhir Majapahit.

Nah, itu dia beberapa kerajaan maritim Hindu-Buddha di Indonesia. Kalau kamu ingin tahu lebih banyak lagi tentang pengetahuan sejarah Indonesia, kamu bisa belajar menggunakan video animasi di ruangbelajar. Dengan begitu, kamu bisa mendapat informasi dari tutor yang tentunya berpengalaman, dan juga bisa menghemat waktu.

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Referensi:

Ningsih, WL. ‘Kerajaan Tarumanegara: Raja-raja, Puncak Kejayaan, dan Peninggalan’, Kompas.com, 20 Mei 2021 [online]. Available at: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/161458179/kerajaan-tarumanegara-raja-raja-puncak-kejayaan-dan-peninggalan?page=all (Accessed: 17 Agustus 2022)

Wulandari, T. ‘Kerajaan Kediri: Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan’ detikEdu, 31 Agustus 2021 [online]. Available at: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5702819/kerajaan-kediri-sejarah-berdiri-masa-kejayaan-dan-keruntuhan (Accessed: 17 Agustus 2022)

Ningsih, WL. ‘Kerajaan Kalingga: Raja-raja, Kehidupan Politik, dan Peninggalan’, Kompas.com, 20 Mei 2021 [online]. Available at: https://www.kompas.com/stori/read/2021/05/20/162857279/kerajaan-kalingga-raja-raja-kehidupan-politik-dan-peninggalan?page=all (Accessed: 17 Agustus 2022)

Subroto, LH, ‘Sejarah Singkat Kerajaan Medang Kamulan’, Kompas.com, 29 Juli 2022 [online]. Available at: https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/29/100000979/sejarah-singkat-kerajaan-medang-kamulan?page=all (Accessed: 17 Agustus 2022)

Nurul Hidayah